-->

Elegi Masa Kecil

  • Foto by jadiberita.com

Dari kecil aku sudah tau kalau Indonesia itu indah, bukan hanya tentang bentangan padi yg mulai menguning dan menggodamu untuk meraba bulirnya, tapi juga tentang kebersamaan warga yg merawatnya, mulai dari menanam sampai memanennya. Para bapak yg membajak sawah dan memanen padi, para ibu yg menanam padi dan mengirim bekal setiap harinya, dan anak2 mereka yg penuh tawa bermain dengan lumpur dan membanting diri di tumpukan jerami.. yah, kemesraan itu yg hanya akan terpisahkan oleh senja.


Saat kecil aku sudah sadar bahwa Indonesia itu indah.. Bukan hanya tentang sungainya yg berkelok2 dan dipenuhi lompatan ikan2 di setiap penjuru, tapi juga tentang keberanian dan penaklukan, saat hanya dengan sebatang pohon pisang kita telusuri seluk beluk sungai hingga berkilo-kilo dan hanya senyum senja yang mengingatkan kita untuk menepi.
Aku tak henti tertawa kala itu, kala menuruni sungai serta jumblang dan menyebar tuba yg diambil dari pekarangan belakang tetangga, dan semenit kemudian ikan-ikan kecil bermunculan dgn kepalanya yang pening.

Aku tak henti bergembira kala itu, kala berdiri dengan sebuah bola di kakiku, meliuk-liuk di atas rumput yg terkadang berubah jadi lumpur, beradu kaki dan saling jegal. Tak berhenti mesti guyuran hujan semakin memperberat langkah, hingga suara adzan pak yai terdengar begitu sendu seiring tenggelamnya mega.
Aku tak henti berbangga kala itu, kala layang-layangku terbang begitu tinggi sampai habis benang yg mengikatnya. Seperti menjemput awan dan menengok kanan kiri serta mengabarkan padaku begitu luas dan indahnya negeri ini dari atas sana. Dan kulihat mereka teman2ku berlarian, berkejar2an dengan kepala yg sesekali menengok ke atas. Yah mereka mengejar layangan putus itu tanpa peduli apa yg ada d hadapannya, menerobos rentetan jagung dan tembakau, melompati kali-kali kecil. Beberapa terpeleset dan berhenti dan beberapa tetap mengejar sampai layang2 itu tersangkut di ujung bambu, salahsatu mencoba naik namun akhirnya menyerah pada ratusan duri dan ranting tajam yg menghadangnya. Dan pada akhirnya sang layang2 tetap di tempatnya, di ketinggian yang membuatnya terlihat gagah dan indah.
Jantungku tak henti berdegup kencang kala itu, kala aku harus mencari mereka satu persatu. Yah dalam gelap dan tanpa senter. Menyusuri belakang mushola yg gelap, berderap pelan, menyeka semak satu per satu dan tak ku temukan apa2. Berpindah ke kompleks kandang kuda d belakang rumah. Sesekali lenguhan kuda2 itu mengagetkanku, kutelusuri setiap sudut kandang, di bawah tempat makan kuda, di atas tiang2nya juga di pojokan tempat rumput2 di simpan dan tak kutemukan apa-apa. Dan akhirnya aku harus mencari di tempat paling angker, kami biasa menyebutnya barongan, untuk ke tempat itu ak harus melewati kanal kecil dengan jembatan bambu. Yah tempat ini sungguh gelap dan hanya ada suara resah bambu2 yang tertiup angin yg menimbulkan gesekan dengan serumpunnya... aku jamah rumpun demi rumpun bambu itu hingga ak dengar suara di rumpun paling ujung. aku mendekat dan terlihat samar2 ada beberapa anak yg menutupi wajah dengan sarung..

Related Posts

5 comments

Tabrani said…
Mantap gan, mirip sekali dengan kehidupan masa kecilku, main disawah, mandi disungai, main layang" dan main petak umpet dimalam hari. .

Satu yg kurang, main bola disore hari sampe peluit panjang berbunyi (adzan maghrib)

Bagaimana dgn generasi zaman now? Apakah mereka bisa menikmati keseruan bermain dgn alam atau hanya duduk duduk dirumah ditemani gadget ditangannya???
Rurouni cup said…
betul itu, generasi sekarang gak ngerasain kayak kita
Rurouni cup said…
u'r wellcome, thank for coming
ayo daftarkan diri anda di AJOQQ :D
menangkan jackpot dengan sebanyak-banyaknya :D
Subscribe Our Newsletter