REJEKI BAYI
Dulu
saat masih di Aliyah, salah satu ustadz dengan nada bercanda berkata “durung
ono sapine kok mikir ngarit” yang kurang lebih maksudnya belum punya sapi kok
sudah mikir mencari rumput. Hal ini diucapkan dlam rangka memotivasi kami agar
tidak takut menikah muda karena ada Allah SWT yang pasti akan mencukupkan
rejeki setiap keluarga. Toh walaupun sudah mendengar petuah ini sejak lama tak
serta merta membuat saya yakin untuk menikah cepat karena terlalu banyak yang
dipikirkan. Hal itu juga berlanjut setelah menikah, meski tak pernah terucap
secara lisan namun seringkali dalam hati banyak berfikir kalau punya anak
bagaimana? Bagaimana nanti membesarkannya? Siapa yang akan merawat jika saya
dan istri sama-sama bekerja? Apa masih akan tetap tinggal di kos-kosan sempit?
Atau harus diajak pulang-pergi kerja 30 KM setiap hari?. Pikiran-pikiran ini
mungkin juga yang membuat Allah SWT belum juga memberi kami kepercayaan untuk
mendapat keturunan meski sudah hampir 2,5 tahun menikah.
Dan
hingga disaat doa-doa hanya mengarah pada kepasrahan pada kehendak Allah SWT, semesta
seperti bergerak mengulurkan tangan seakan memberi jalan lebar akan kehendak
terbaik yang ditakdirkan Sang Pencipta untuk hambaNya.
Menjadi
Guru PNS sama sekali tidak pernah muncul dipikiran, selain tempat kerja
sebelumnya sudah memberi kenyamanan yang saya butuhkan, rasanya cukup
mengerikan membayangkan diri ini harus memakai seragam rapi setiap hari belum
lagi seabrek aturan dan kekakuan yang akan saya hadapi jika menjadi PNS, dan
yang paling sulit adalah larangan untuk berambut panjang. Hahahahaha
Saya
mendaftar CPNS dengan setengah hati, alasan utama tentu harapan orang tua yang
ingin anaknya hidup mapan. Saat itu, saya juga belum sadar bahwa ini adalah
jalan terbaik yang dipilhkan Allah. Saya memilih formasi di sekolah paling
dekat dengan rumah tanpa membertimbangakan jumlah pesaing atau apapun. Dalam
fikiran saya saat itu hanya “buat apa pindah kerja kalau sama-sama jauh”. Pandemi
membuat proses pendaftaran tes menjadi lebih panjang, setelah dinyatakan lolos
administrasi, saya dan para pendaftar lain harus menjalani tes SKD, saya masih
setengah hati dalam menjalani tes ini. Tapi yang namanya jalan yang dipilihkan,
semesta seperti mengulurkan tangan untuk membantu. Penjaga ruang waktu itu
sempat mengutarakan kalau nilai di atas 400 InsyaAllah Aman, dan di akhir tes
nilai yang muncul di komputer saya adalah 403 dan benar saja ini menjadi nilai
tertinggi di formasi yang saya pilih. Entah apa yang menggerakkan jari-jariku
untuk menjawab soal-soal yang seabrek itu.
Setelah
lolos SKD dengan nilai tertinggi pula, tentu ekspektasi orang-orang disekitar
semakin menanjak. Bapak di kampung sering banget telpon ngasih amalan-amalan,
begitu pula abah dan ibu mertua. Di posisi ini saya sudah tidak bisa mundur,
asa besar dari orang-orang di sekitar sedikit membuat tertekan. Yah, masak iya
saya mengecewakan mereka yang sudah berpengharapan tinggi ini. Saya coba untuk
meluangkan waktu sedikit belajar tapi ya gimana lagi materi SMP sudah sangat
lama saya tinggalkan karena selama 8 tahun ini mengajar di SD, beraaatttttt.
Hari
tes SKB pun tiba setelah berganti tahun dan menunggu sekian lama karena pandemi
sedang keras-kerasnya. Seperti dugaanku materi-materi IPS yang sudah lama saya
tinggalkan ini cukup menyulitkan, dan deeengg saya Cuma menjawab 50% dari total
seluruh soal, nilai yang muncul di layar hanya 250. Jika melihat dari nilai IPS
di formasi sekolah lain, nilai saya jauh tertinggal. Tapi sekali lagi semesta
kembali mengulurkan tangannya, salah satu pesaing memang mendapat nilai SKB
lebih tinggi, namun setelah digabung dengan nilai SKD nilai saya lebih tinggi
dan hanya berjarak 1 soal saja. Dari sini saya semakin yakin ini adalah jalan
terbaik yang dipilihkan Allah.
Tibalah hari pengumuman resmi dan Alhamdulillah saya dinyatakan lolos, yang paling membahagiakan tentu melihat respon orang disekitar yang selama ini selalu mendukung dan mendoakan. Dan yang lebih menggembirakan lagi sore harinya istri dinyatakan hamil. Yah, dihari yang sama Allah memberi 2 pengumuman menggembirakan, seketika pula hidup saya juga harus berubah. pekerjaan baru yang tentu lebih menantang juga sebuah predikat baru, seorang ayah.
Sapinya sudah mau datang, berarti saya sudah waktunya ngarit
(mencari rumput), wkwkwkwk dan Allah SWT
memberi saya tanah lapang baru dengan rumput-rumput segar dan yang terpenting
dekat dengan kandang. Allah memberi apa yang kita butuhkan bukan yang kita
inginkan, dengan cara terbaik serta di waktu yang paling tepat. Dan setelah
hampir setahun berkiprah di tempat baru, hal-hal yang dulu saya takutkan
nyatanya tidak terjadi. Kita hanya harus percaya,berusaha serta berdoa. beruntung
saya memiliki istri yang selalu mendukung dan mengingatkan akan hal ini.
Komentar