-->

Menyusuri Museum Pendidikan Surabaya

Museum pendidikan Surabaya
Museum pendidikan Surabaya
Museum pendidikan Surabaya berada di jalan genteng kali, gedung yang dipergunakan untuk museum ini dulunya adalah bekas gedung taman siswa yang dipugar. Untuk kesini anda harus memarkir kendaraan di taman ekspresi karena parkirannya masih dalam tahap pembangunan dan berjalan menyusuri taman ekspresi menuju ke arah kiri, museum Surabaya berada di ujung taman ekspresi ini setelah melewati perpustakaan taman ekspresi. Museum ini sangat saya sarankan untuk dikunjungi bersama anak-anak kita karena akan banyak sekali pengetahuan baru yang akan anak-anak dapat sekaligus akan menambah kedekatan orang tua dan anak.

Museum yang baru diresmikan Walikota Surabaya, Bu Tri Rismaharini pada 25 November 2019 lalu menyimpan banyak sekali benda sejarah terutama yang berhubungan dengan pendidikan di Indonesia. Museum ini terbagi menjadi 4 bagian sejarah pendidikan Indonesia. Bagian pertama adalah pendidikan di masa prasejarah yang dijelaskan pendidikan masa itu lebih banyak pada pendidikan keluarga, dari ayah yang mengajarkan kemampuan bertahan hidup kepada anaknya. Di bagian ini terdapat Mannequin seorang manusia purba yang mengajari anaknya cara menghidupkan api.
Bagian kedua adalah pendidikan di masa kerajaan baik dimasa Hindu-Budha ataupun di masa Islam. Di bagian ini ada beberapa manuskrip kuno berupa lontar dan juga naskah kuno.
Naskah kuno di museum pendidikan surabaya
Salahsatu naskah kuno di masa pendidikan zaman kerajaan
Dijelaskan juga dimasa ini pendidikan banyak dilakukan di pura, padepokan dan juga pecantrikan.
Bagian ketiga, adalah pendidikan di masa kolonial. Disini contoh meja kursi sekolah-sekolah di era itu, dijelaskan juga tentang HBS, sekolah tempat Minke di buku/film bumi manusia menuntut ilmu, dijelaskan juga tentang sekolah st.louis yang merupakan sekolah yang dikembangkan Belanda dari masa kolonial dulu. Dan dijelaskan pula bahwa SMAN 6 Surabaya dulunya adalah sekolah khusus perempuan di masa kolonial.
Mesin cetak milik KH.Ahmad Dahlan yang digunakan untuk mencetak buku-buku Muhammadiyah
Di bagian terakhir adalah peninggalan-peninggalan pendidikan dari masa-masa awal kemerdekaan sampai alat-alat sekolah yang biasa kita gunakan di tahun 90-an. Terdapat naskah-naskah piagam dari tahun ke tahun, ada yang masih berbahasa Belanda, berbahasa Jepang juga berbahasa Indonesia ejaan lama. Ada juga macam-macam rapor kuno milik beberapa sekolah termasuk rapor Muhammadiyah dan NU.
Rapor-rapor zaman dulu
Diluar gedung museum juga ada contoh kelas dimasa kolonial lengkap dengan meja kursi dan seragam anak-anak pribumi. Selain banyak pengetahuan yang bisa kita dapat, museum ini juga cukup instagramble untuk digunakan berswafoto. Seluruh dindingnya berwarna putih di design benar-benar selayaknya bangunan masa lampau. 

Related Posts

1 comment

Sunflower said…
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^
Subscribe Our Newsletter