-->

MOTIVASI BELAJAR PADA ANAK BROKEN HOME

Foto dari inspirasi.co

Latar Belakang


Faktor yang mempengaruhi belajar, adalah factor endogen/internal (semua factor yang ada dalam diri individu),factor eksogen/eksternal (semua factor yang berada di luar diri individu) misalnya orang tua dan guru, atau kondisi lingkungan di sekitar individu.
Pemenuhan kebutuhan merupakan motivasi untuk melakukan suatu kegiatan. Banyak jenis kebutuhan, antara lain kebutuhan untuk mengetahui dan menyelidiki, kebutuhan untuk memperbaiki prestasi, kebutuhan untuk mendapat kepuasan atas hasil pekerjaan. Jika pada anak Broken Home tidak ada dukungan dari orang tua yang seimbang dengan guru juga ketika di sekolah, maka motivasi anak akan menurun bahkan bisa juga kehilangan motivasi. Perubahan anak yang mengalami Broken Home bisa sangat signifikan dari yang rajin menjadi anak yang pemalas. Hal ini terkadang tidak disadari oleh orang tua juga guru di sekolah.
Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, factor motovasi memegang peranan pula. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangat anak dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran, baik di sekolah maupun di rumah.

Problematika


Dari permasalah-permasalah pada anak yang mengakibatkan pengaruh buruk terbesar adalah Broken Home. Banyak anak yang mengalami masalah broken home berubah dalam segi perilaku ketika di rumah, sekolah juga di lingkungan sekitarnya. Ketika di sekolah inilah yang akan mengakibatkan keinginan untuk belajar menurun/malas, anak akan cenderung tertutup dan bahkan mungkin dapat berubah menjadi anak yang nakal dan mengakibatkan guru BP/BK turut tangan untuk mengatasinya. Namun tidak semua guru BP/BK memahami anak yang mengalami broken home, bahkan anak mendapatkan suatu nasehat-nasehat atau juga di marahi. Semua tidak menyelesaikan masalah yang ada, tapi malah akan membuat beban sang anak broken home bertambah berat.
Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak, maka timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak bisa menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu jika ia diberi perangsang, atau motivasi yang baik dan sesuai. Namun anak yang mengalami Broken Home terkadang sulit untuk terbuka dengan orang lain karena malu memiliki keluarga yang Broken Home, ini membuat guru di sekolah menjadi tidak paham dengan perubahan anak, kebanyakan guru akan langsung mengkatagorikan si anak sebagai anak nakal, tidak di dekati dengan cara perhatian atau memberikan waktu untuk berbicara pada guru, malah mendapatkan hukuman atau di marahi. Memang tidak semua guru akan melakukan hal sama.
Masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital darikehidupannya. Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:

a.orang tua yang bercerai


Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali.

b. kebudayaan bisu dalam keluarga


kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus.

Fakta


Dalam hubungan dengan belajar, faktor keluarga tentu saja mempunyai peran penting. Keadaan keluarga akan sangat menentukan berhasil-tidaknya anak dalam menjalin proses belajarnya. Anak yang hidup dalam kondisi broken home meskipun fasilitas yang diperlukan dalam menunjang proses belajar sangat mencukupi, tapi dalam suasana rumah yang selalu ribut dengan pertengkaran akan mengakibatkan terganggunya ketenangan dan konsentrasi anak sehinggan tidak dapat belajar dengan baik.
Sebuah kekecewaan yang mendalam akibat dari kehancuran rumah tangga yang dialami dan dirasakan semenjak datangnya masalah yang ada dalam keseharian orant tua, pertengkaran, atau bahkan sampai kekerasan dalam rumah tangga yang disaksikan langsung oleh anak. Keadaan yang seperti ini kerap kali membuat subyek tidak bisa konsenterasi untuk belajar, baik di rumah maupun sekolah. Subyek yang mengalami broken home telah mengalami penurunan dalam minat belajar. Pernyataan ini dapat di lihat dari perubahan tingkah laku subyek dalam kesehariannya. Perubahan itu seperti, mudahnya dia putus asa dalam mengerjakan sesuatu terlebih pada masalah pelajaran, malas berpikir (tidak mau berusaha dulu), tidak tekun dalam mengerjakan tugas, serta dapat dikuatkan dari merosotnya nilai sekolah subyek pasca mengalami broken home.
Kekecewaan anak terhadap kedua orang tua yang mengakibatkan hilangnya motivasi untuk belajar, karena si anak merasa sudah tidak ada lagi yang memperhatikan atau memperdulikannya. Mendapatkan nilai yang baik atau buruk pun anak akan berpikir bahwa tidak akan ada yang bertanya hari ini ulangan mendapatkan nilai berapa, karena orang tua yang sibuk dengan masalahnya sendiri. Yang lebih mengkhawatirkan lagi akibat Broken Home adalah perubahan menjadi anak yang nakal. Melampiaskan kekecewaan dengan bebuat hal yang negative.
Mungkin tidak semua anak Boken Home akan terjerumus pada hal yang negative, seperti malas belajar, nakal di sekolah, berbuat jahat dan sebagainnya. Eminen salah satu Rapper di Amerika juga memiliki keluarga Broken Home, dia telah ditinggal ayahnya dan ibunya berkencan dengan teman seusianya. Namun memang berbeda dengan nasib yang dialami Eminem, ia dapat berhasil menjadi Rapper terkenal ketika bertemu dengan Dr. Dre yang mengajaknya untuk rekaman. Kebanyakan sair yang di tulis oleh Eminem memang dari cerita pengalaman apa saja yang telah ia rasakan ketika menjadii anak yang Broken Home.
Semuanya tergantung dari pilihan yang akan di ambil oleh anak yang mengalami Broken Home. Motivasi dapat hilang atau mungkin dapat tetap termotivasi dengan adanya masalah dari keluarga.

Teori


Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas.
 Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).
Menurut Siti Sumarni (2005), mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya. Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
Motivasi mempunyai arti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Karena dilator belakangi adanya motif, tingkah laku tersebut disebut “tingkah laku bermotivasi” (Dirgagunasa, 1996:92).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Pengertian belajar menurut Morgan(1961), mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Aspek-Aspek Motivasi Belajar Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2007), yaitu: Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.

Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu: 1) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. 2) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan.

Simpulan


Pada umumnya anak korban broken home akan mengalami tekanan mental yang sangat berat. Di lingkungannya misalnya, dia akan merasa malu dan minder terhadap orang di sekitarnya karena kondisi orang tuanya yang sedang dalam keadaan broken home. Di sekolah, disamping menjadi gunjingan teman sekitar, proses belajarnya anak broken home juga merasa terganggu karena pikirannya tidak terkonsentrasi kepelajaran. Anak akan berubah menjadi pendiam dan cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka melamun.
Yang paling miris, adalah hilangnya motivasi belajar anak akibat kondisi keluaga atau orang tua yang tidak dapat menempatkan suatu perilaku yang tepat pada anak. Pertengkaran atau permasalah kedua orang tua, tidak seharusnya diperlihatkan langsung pada anak. Hal ini mengakibatkan anak akan cenderung memikirkan pula permasalah-permasalah yang ada dalam rumah.
Anak Broken Home, sangat memerlukan perhatian. Jika tidak didapat di rumah maka anak bisa mencari ketika di sekolah, dengan guru atau teman. Namun keadaan Broken Home dapat mengakibatkan hilangnya motivasi belajar pada anak, atau mungkin juga dadap lebih memacu motivasi agar tetap belajar dan tegar menghadapi permasalahn dalam keluargannya. (Choiriyatul Inayati)

Daftar Pustaka

Dirgagunarsa, Singgih. 1996. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Sumber Wijaya.
Morgan, Clifford T. 1961. Introduction to psychology. London : McGraw-Hill Company
Dikutip dari Alex Sobur dalam buku Psikologi Umum.
Mujiran, Paulus. 2002. Pernik-Pernik Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Santrock, John. 2007. Psikologi Pendidikan . Jakarta : Kencana.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.
Sumarni, Siti. Artikel pendidikan.
Www.Google.com

Related Posts

1 comment

miao sai said…

ayo daftarkan diri anda di a*g*e*n*3*6*5 :D
WA : +85587781483
Subscribe Our Newsletter